Geliat pertumbuhan properti
tanah air yang luar biasa didua tahun terakhir kemungkinan besar akan
mamasuki perlambatan ditahun 2015. Perlambatan ini disebabkan oleh
beberapa factor yang sering diJelaskan dalam Seminar Properti antara lain :
Pertama, naiknya BI Rate di level 7,5% yang menyebabkan bank-bank
mematok suku bunga KPR diatas 10,5%. Dengan naiknya suku bunga tersebut,
diperkirakan permintaan property akan anjlok sebesar 20%-25% di tahun
2015.
Kedua, analisa dari Kepala Riset Cushman & Wakefield
Arief Rahardjo, perlambatan ini disebabkan oleh karena pasokan jauh
lebih banyak. Suplai lebih banyak dari demand. Para pengembang kan di
tahun 2012 itu banyak melakukan pembangunan. Dimana selesai pembangunan
di tahun 2015. Sementara dari sisi investor sendiri, sudah banyak
membeli property.
Ketiga, adanya LTV (Loan to Value) yang diberlakukan oleh Bank
Indonesia untuk mengerem para spekulan yang menjadikan property bukan
hanya tempat investasi tetapi juga spekulasi.
Keempat, tahun pemilu 2014 menjadi salah satu penyumbang andil
terjadinya perlambatan property. Banyak investor yang masih wait and
see, melihat kondisi politik tanah air. Seperti yang disampaikan oleh
maestro property Indonesia DR.Ir. Panangian Simanungkalit, MsC “Menurut
perkiraan saya bakal terjadi pelambatan sektor properti tahun depan
(2015), pertumbuhan properti hanya naik 10 persen, tahun (2013) ini kan
sekitar 15 persen,” katanya”
Akan tetapi perlambatan ini hanya bersifat sementara saja. Setelah
melalui 2014 yang diproyeksi mengalami perlambatan, pasar properti
Jakarta diyakini akan mengalami peningkatan yang signifikan. Kepala
Riset Jones Lang LaSalle Anton Sitorus mengatakan pasar properti Ibu
Kota akan kembali pada masa emasnya seperti 2-3 tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut, jelasnya, akan terwujud dengan asumsi tahun politik
2014 berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan bertanya ke email saya .................